Kawasan Ekonomi Esensial Galur Pakis adalah kawasan yang terdiri atas Pantai Sanggar, Pantai Ngalur, Pantai Pathok Gebang, dan Pantai Jong Pakis. Pantai GALUR PAKIS selama ini menjadi salah satu tujuan wisata di Kabupaten Tulungagung karena lokasinya yang indah dan masih alami, bahkan Pantai Ngalur pernah menjadi lokasi World Rainbow Gathering Tahun 2017 yang diikuti sekitar 500 peserta dari 70 negara di dunia dan dilaksanakan selama satu bulan. Sebagai perannya sebagai keragaman hayati, kawasan ini merupakan area konservasi induk-induk penyu ketika sebelum bertelur. Selain itu, fungsi lain dari KEE Galur Pakis adalah sebagai ekosistem mosaik besar tingkat lanskap yang menjaga konsentrasi spesies endemik dan yang terancam punah (RTE). 
Berdasarkan hitungan indeks keanekaragaman (Index Shannon) nilai keanekaragaman flora di calon KEE Desa Jengglungharjo adalah 1,490 yang termasuk ke dalam kategori keragaman sedang. Beberapa fauna yang ditemukan di KEE Galur Pakis di antaranya adalah biawak, berang - berang, burung kuntul, kijang, babi, jalak suren, ayam hutan, cucak ijo, trenggiling, elang laut, landak, kukang dan spesies pentingnya adalah Penyu Hijau. Kawasan konservasi ini diperkuat dengan adanya SK No.188/938/KTPS/013/2022 tentang Penetapan Kawasan Ekonomi Esensial Galur Pakis oleh Gubernur Jawa Timur.
Penyu merupakan salah satu fauna yang dilindungi karena populasinya yang terancam punah. Reptil laut ini mampu bermigrasi dalam jarak yang sangat jauh di sepanjang kawasan Samudera Hindia, Samudera Pasifik, dan Asia Tenggara. Di dunia ada 7 jenis penyu dan 6 diantaranya terdapat di Indonesia. Penyu mengalami siklus bertelur yang beragam, dari 2 - 8 tahun sekali. Sementara penyu jantan menghabiskan seluruh hidupnya di laut, penyu betina sesekali mampir ke daratan untuk bertelur. Penyu telah mengalami penurunan jumlah populasi dalam jangka waktu terakhir ini bahkan beberapa spesies terancam kepunahan. Di alam, penyu-penyu yang baru menetas menghadapi ancaman kematian dari hewan-hewan seperti kepiting, burung, dan reptilia lainnya seperti biawak. Ancaman yang paling besar bagi penyu di Indonesia, seperti juga halnya di seluruh dunia, adalah manusia. Pembangunan daerah pesisir yang berlebihan telah mengurangi habitat penyu untuk bersarang. Penangkapan penyu untuk diambil telur, daging, kulit, dan cangkangnya telah membuat populasi penyu berkurang. Semua penyu telah terdaftar dalam Daftar Apendik I CITIES (Convension on International Trade of Endangered Species).
Penyu betina menyukai pantai berpasir yang sepi dari manusia dan sumber bising dan cahaya sebagai tempat bertelur yang berjumlah ratusan itu, dalam lubang yang digali dengan sepasang tungkai belakangnya. Pantai Patok Gebang berfungsi sebagai tempat bertelur bagi penyu, dikarenakan akses yang sulit dijangkau sehingga masih asri dan jarang disinggahi manusia, penyu dapat bertelur tanpa terganggu kemudian masyarakat setempat akan mengambil telur untuk di tangkarkan dan membantu penyu ketika sudah cukup umur untuk dilepaskan kembali ke laut. Terdapat 2 jenis penyu yang sering bertelur di pantai patok gebang yaitu penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu yang di tangkarkan akan di rawat sampai berumur 3 - 5 bulan, lalu kemudian akan dilepaskan kembali ke laut.

Bagikan:

Copyright © dibuat dengan penuh Bappeda Kabupaten Tulungagung.